Paduan membeli barang tua atau jamtangan antik ada banyak point nya, tapi satu ini dibatasi secara fisik tampilan saja. Lebih mudah dipahami bahkan untuk seorang amatir dan pemula.
Dikalangan penggemar tosan aji, dikenal istilah simple ketika membeli barang seperti keris: yaitu "harus TUS". Arti dari "TUS" ini adalah: Tangguh, Utuh, Sepuh.
"Tangguh" disini adalah masa dibuatnya, atau dibuat oleh siapa, ditahun berapa, mpu siapa, memakai motif apa (dhapur) dstnya. Sedangkan "Utuh" artinya mudah diduga adalah fisiknya bagus utuh, memuaskan mata untuk dikagumi keelokan fisiknya. Dan "Sepuh" artinya usianya, atau masa dibuatnya. Dalam konteks yang sama, menaksir jamtangan rasanya "metoda TUS" itu bisa juga diaplikasikan. Intinya adalah: carilah barang yang utuh, asli, dan layak dikagumi secara fisik. Penggemar jam tua biasanya selalu membawa kaca pembesar lipat disakunya untuk menilai barang tsb. Kaca ini membantu mata menilai keutuhan fisik jamtangan yang ditaksir.
Pertama, lihat bagian dial kaca depan.
Disini perhatikan semua keutuhan dan keaslian dari semua item yang ada disana. Semakin bagus, maka semakin layak dibeli. Semakin jelek maka makin turun kelayakannya dibeli. Jam tua mempunyai ciri khas adanya oksidasi atau dent disana sini dipermukaan dialnya. Misal dialnya warna putih, maka sudah berubah menjadi berjamur, ada karat micro, lalu platting ya sdh rontok dstnya. Itu lumrah. Beberapa user malahan sangat suka dengan indikasi aging seperti itu karena menurutnya itu artistik, tapi ada user yang sukanya jam tua tapi semuanya harus bersih dan "neat".
Disisi lain ada juga dial yang tadinya warna putih sudah berubah warna semua menjadi coklat muda atau coklat tua yang kerap disebut "tropical dial". Dikalangan penggemarnya, dial semacam ini jadi buruan. Semakin halus dan smooth coklatnya bercampur maka semakin dikejar oleh penggemarnya. Katanya, nilai artistik "tuanya" adalah diwarna coklat itu.
Kedua, balikan jam itu dan lihat bagian butt belakangnya, bukalah tutupnya agar mesin terlihat.
Dibagian mesin semua bagian harus tampak utuh. Tidak boleh ada yg robek atau ditambal dengan timah atau apapun. Semuanya harus asli pinggiran tutupnya, dan apa adanya. Jika ada korosi itu normal saja asal tidak merusak keutuhan fisik dari casing bagian belakang. Ini vital karena jam itu bisa tahan air salah satunya karena ditutup dengan sempurna. Apabila bagian pinggirnya sudah gripis bocel bocel micro, maka dijamin air akan merembes masuk, sekalipun itu cuma air cuci tangan dikran saja. Mesin yang agak kotor karena usia sudah 30 tahun bisa dibersihkan lagi, warna plating yang sudah kusam bisa diplating ulang kok. Tapi jika sudah bocel gripis, maka itu susah dibetulkan karena cacat permanen. Tergantung, jika tidak mau susah yaa jangan beli barang rusak.
Ketiga. Paham bentuk dan series jam yang diincar.
Rajin membuat riset di internet dan melihat deretan series sebuah tipe. Katakan saja Seiko tipe Bellmatic dimasa itu keluar jenis apa saja. Dengan hapal pada bentuk, warna, grafis tulisan, tahun beredar (atau nomernya bahkan) maka itu lebih baik daripada buta sama sekali. Knowledge standar ini harus dikuasai diluar kepala.
Jamtangan tua adalah hal yang menarik dikoleksi atau dperjual belikan. Bagi sebagian orang spt saya itu seakan kegembiraan akan nostalgia masa kecil, dan sebagian lainnya karena ingin mencoba memakai Rolex yang sudah 25 tahun usianya dengan harga yang lebih miring ketimbang Rolex baru. Tujuan tiap kepala kan beda, tapi intinya tetap sama: membeli jam vintage yang beredar mungkin 10, 20, atau bahkan 100 tahun silam.
sumber : http://hsgautama.blogspot.com/2012/11/paduan-membeli-jam-tua-secara-fisik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar